Mengintip Jejak Kesultanan Siak di Istana Siak Sri Inderapura

Mengintip Jejak Kesultanan Siak di Istana Siak Sri Inderapura

Jauh sebelum Nusantara (Indonesia) terbentuk, berdiri kokoh sebuah Kerajaan Melayu Islam di area yang kini bernama Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kerajaan dengan nama Kesultanan Siak Sri Inderapura ini adalah salah satu tonggak sejarah Islam di bumi Melayu. Ingin tahu tentang jejak Kesultanan Siak ini? Simak ceritanya dalam kelanjutan artikel berikut, ya!

Sejarah panjang Kesultanan Siak

Melansir dari laman Republika.id, Kesultanan Siak lahir di tepi Sungai Siak pada tahun 1723. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah atau Raja Kecil, yang merupakan putra dari Sultan Mahmud II, si pemimpin wilayah Johor.

Di bawah kepemimpinan Raja Kecil, Kesultanan Siak berkembang dengan sangat baik hingga kerajaan ini mampu menjalin hubungan ekonomi dengan Kompeni Belanda untuk mendirikan benteng di sekitar Pulau Guntung. Sayangnya, kerja sama tersebut malah ternodai oleh Kompeni yang merusak perekonomian Sungai Siak melalui monopoli pasar.

Situasi tersebut juga membuat wilayah Siak jatuh ke tangan Belanda. Hingga akhir masa kepemimpinannya, Raja Kecil belum berhasil merebut kembali Kesultanan Siak dari Belanda. Ia kemudian mewariskan semangat perlawanan kepada putranya, Tengku Ismail, dengan catatan untuk menghindari perang saudara selama melawan Belanda.

Sayangnya, Tengku Ismail lagi-lagi belum bisa merebut kembali Kesultanan Siak dari penjajahan. Demi menghindari perang saudara dengan pamannya—yang mendapat sokongan dari Belanda, Tengku Ismail memilih untuk menyerah dan menepi ke Pelalawan lalu ke Langkat. Ia baru berhasil memimpin kembali Kesultanan Siak atas bantuan orang-orang laut, namun kepemimpinan ini hanya berlangsung selama dua tahun.

Selanjutnya, tahta kepemimpinan Kesultanan Siak diturunkan kepada putra Tengku Ismail, yaitu Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah. Di bawah kepemimpinannya, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Mempura dan intrik politik kembali menggulingkan Sultan Yahya sebagai raja Kesultanan Siak.

Pada akhirnya, kesultanan ini dipimpin oleh Tengku Udo atau Syarif Ali. Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Siak berubah nama menjadi Kesultanan Siak Sri Inderapura, seperti yang dikenal hingga kini.

Istana Siak Sri Inderapura

Istana Siak Sri Inderapura adalah saksi bisu dari sejarah panjang Kesultanan Siak di atas. Bangunan istana seluas 32.000 meter ini merupakan kediaman resmi Sultan Siak—mulai dari Raja Kecil sampai Sultan Syarif Kasim II, sultan ke-12 sekaligus sultan terakhir kerajaan ini.

Arsip-arsip kerajaan, diorama para raja yang duduk di kursi ruang tamu, patung-patung raja, cinderamata dari berbagai negara; seperti patung tubuh Sultan Syarif Hasyim atau lampu gantung dari Ceko, serta benda-benda bersejarah lain dari kesultanan ini bisa kamu lihat langsung saat mengunjungi Istana Siak Sri Inderapura.

Terbagi dalam dua lantai, kamu juga bisa melihat langsung bagaimana kehidupan para sultan dan keluarganya di masa lampau lewat tunggu tamu, ruang tunggu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu perempuan, ruang kerajaan yang juga difungsikan sebagai ruang pesta, hingga ruang istirahat Sultan.

Artefak seperti 8 meriam yang tersebar di berbagai titik halaman istana dan perahu kuno bernama Kapal Kato yang digunakan sultan untuk mengunjungi daerah kekuasaan juga merupakan sisa-sisa jejak Kesultanan Siak yang bisa kamu temukan di istana ini. Selain itu, di sisi belakang bangunan ini juga ada penjara sementara yang juga dulunya dipakai kerajaan untuk menahan para narapidana.

Itu dia ulasan mengenai Kesultanan Siak dan Istana Siak Sri Inderapura di Provinsi Riau. Jika kamu berencana liburan atau mampir ke provinsi ini, mampirlah ke Istana Siak Sri Inderapura yang berjarak 2 jam berkendara dari Hotel Monoloog Pekanbaru.