Kunjungi Tempat Ini Untuk Mengenang Pertempuran 5 Hari di Palembang
Semua daerah di Indonesia memiliki sejarahnya masing-masing dalam menghadapi penjajah pada masa lalu. Semua perjuangan yang dilakukan hanya demi 1 hal, yaitu memerdekakan Indonesia dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Di antara sekian banyaknya perlawanan bangsa Indonesia, ada beberapa daerah yang menjadi lokasi terjadinya pertempuran besar hingga terus dikenang sepanjang masa. Seperti perobekan bendera Belanda yang terjadi di Surabaya dan Bandung Lautan Api. Namun, selain dua peristiwa terkenal tersebut, ada peristiwa lain yang tidak kalah luar biasa, yaitu pertempuran 5 hari di Palembang.
Sejarah Singkat Pertempuran 5 Hari di Palembang
Pertempuran 5 hari di Palembang terjadi pada tanggal 1 hingga 5 januari 1947. Pertempuran ini terjadi karena Belanda ingin menguasai kembali Indonesia dan menjadikannya negara boneka. Palembang menjadi salah satu kota yang dipilih untuk diduduki oleh Belanda karena hasil alamnya yang melimpah dan posisinya yang strategis.
Sebagai negara yang sudah memproklamasikan kemerdekaannya pada 14 Agustus 1945, tentu saja masyarakat Palembang tidak ingin kemerdekaannya direbut kembali oleh penjajah. Masyarakat pun melakukan perlawanan bersama dengan tentara Republik Indonesia ketika Belanda meminta supaya Kota Palembang dikosongkan.
Pusat pertahanan Belanda berada di Benteng Kuto Besak, RS Charitas, dan juga Bagus Kuning. Sementara pejuang dari Palembang tidak memiliki titik pusat pertahanan khusus karena semuanya tersebar secara merata di berbagai area Palembang.
Pada hari pertama terjadi pertempuran di markas besar Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) di Jalan Tengkuruk. Kemudian pertempuran juga terjadi di berbagai area lainnya yaitu Masjid Agung Palembang. Namun, penyerangan Belanda berhasil dikalahkan oleh Pasukan Batalyon Geni dan juga sejumlah tokoh masyarakat.
Dari arah yang lain yaitu Talang Betutu, pasukan Belanda yang ingin menuju ke Masjid Agung Palembang juga berhasil dikalahkan oleh pejuang dari Palembang. Penyergapan ini dipimpin oleh Lettu Wahid Luddien. Pada hari kelima, mulai datang bantuan untuk pejuang Palembang dari Lampung yang dipimpin oleh Mayor Noerdin Pandji dan dari Lahat yang dipimpin oleh Letjen Harun Sohar.
Pertempuran 5 hari di Palembang ini melibatkan banyak tokoh penting, seperti Kolonel Maludin Simbolon, Letnan Kolonel Bambang Utoyo, Mayor Rasyad Nawawi, dan Kapten Alamsyah. Berakhirnya pertempuran ini karena kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata saat persediaan amunisi maupun logistik mulai menipis. Namun, pertempuran ini menunjukkan betapa teguh dan luar biasanya perjuangan masyarakat Palembang, maupun daerah lain di Indonesia, yang ingin mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia.
Mengenang Pertempuran 5 Hari di Palembang
Pertempuran memang sudah berakhir, tetapi jika kamu ingin mengenangnya dengan mengunjungi lokasi yang pernah menjadi saksi bisu pertempuran hebat ini, bisa banget kok. Kamu bisa datang ke tempat ini:
Benteng Kuto Besak
Benteng Kuto Besak berlokasi di Jalan Sultan Mahmud Badarudin, 19 ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang. Benteng ini diresmikan sejak tahun 1790 dan pembangunannya dimulai pada tahun 1772 diprakarsai oleh Sultan Muhammad Bahaudin bin Susuhunan Ahmad Najmuddin Adi Kesumo, yang memerintah kota Palembang pada masa tersebut.
Benteng Kuto Besak dibangun untuk menjadi benteng pertahanan kerajaan Palembang Darussalam dan pusat kesultanan Palembang. Pada masa pertempuran 5 hari di Palembang, benteng ini menjadi markas utama pasukan Belanda.
Saat ini, benteng ini menjadi salah satu destinasi wisata bagi masyarakat Palembang maupun wisatawan domestik dan internasional. Apalagi lokasinya yang berada di pusat kota, sehingga dekat dengan berbagai destinasi wisata lainnya di Palembang.
Jika kamu suka wisata malam, benteng ini juga bisa menjadi tujuan wisatamu. Pada malam hari, khususnya malam minggu area pelataran yang ada di benteng ini menjadi pusat aktivitas dan tempat berkumpulnya masyarakat Palembang, sehingga suasananya menjadi sangat ramai.
Masjid Agung Palembang
Masjid Agung Palembang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman, 19 Ilir, Kec. Bukit Kecil, Kota Palembang dan merupakan peninggalan Kesultanan Palembang, Pembangunan masjid ini memakan waktu cukup panjang, yaitu 10 tahun dan didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo.
Masjid ini telah melalui beberapa kali perombakan, termasuk pada masa penjajahan Belanda terdahulu. Perombakan ini membuat desain masjid berubah total dibandingkan dengan arsitektur masjid pada awal pembangunannya. Dalam pertempuran 5 hari di Palembang, Masjid Agung Palembang menjadi lokasi keberhasilan Pasukan Batalyon Geni mengalahkan Belanda.
Saat ini, Masjid Agung Palembang tidak hanya menjadi tempat ibadah saja, tetapi juga tempat wisata religi. Namun, karena ini adalah tempat ibadah maka kamu yang ingin berwisata ke sini pastikan untuk mematuhi semua aturan yang berlaku ya.
Untuk kamu yang menginap di Hotel Monoloog Palembang, kamu bisa menggunakan taksi menuju ke Masjid Agung Palembang yang hanya berjarak 3,8 Km. Setelah itu kamu bisa melanjutkan wisatamu ke Benteng Kuto Besak yang hanya berjarak 600 meter. Sangat dekat sekali kan? Bahkan kamu bisa menempuhnya dengan berjalan kaki, lho.
Penjajahan di Indonesia memang sudah selesai. Kali ini saatnya generasi penerus bangsa melanjutkan perjuangan dan menghargai pengorbanan para pejuang dengan menjadi generasi yang berkualitas serta mampu membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi.